BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Sejak saat itulah,Rasulullah SAW mulai
menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia khususnya Jazirah Arab.
Agama
Islam mulai berkembang semakin pesat ke seluruh Arab Saudi, walaupun masih
mendapat penolakan dan ancaman dari para kaum kafir Quraisy. Dengan usaha keras
dan pantang menyerah dari Rasulullah SAW agama Islam telah menyebar ke seluruh
penjuru Arab. Hingga beliau wafat, perjuangan untuk menyiarkan dan mendirikan
agama Islam tidaklah berhenti begitu saja. Sepeninggalan beliau, perjuangan
tersebut dilanjutkan oleh para 4 khalifah yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin
Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka semua hanya mempunyai 1
tujuan yaitu memperjuangkan agama Tauhid yaitu agama Islam.
Dalam sejarahnya Islam terbagi
menjadi ke dalam 3 periode yaitu:
1. Periode Klasik (650-1250 M)
2. Periode Pertengahan
(1250-1800 M)
3. Periode Modern
(1800-sekarang)
Sebagai umat Islam yang
bertaqwa kepada Allah SWT, maka kita haruslah juga mengetahui bagaimana
perkembangan Islam, terutama pada abad Pertengahan yang tentunya sangat
berperan penting dalam perkembangan agama Islam sampai sekarang ini.
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dunia Islam pada abad pertengahan.
2. Untuk mengetehui perkembangan ajaran Islam pada abad
pertengahan.
3. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada abad
pertengahan.
4. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Islam pada abad
pertengahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan Islam Pada Abad Pertengahan
Sejarah perkembangan peradaban
Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: priode klasik (650 -1250 M), priode
pertengahan (1250 – 1800 M) dan priode modern (1800 – sekarang).Yang dimaksud
abad pertengahan ialah tahapan sejarah umat Islam yang diawali sejak
tahun-tahun terakhir keruntuhan Daulah Abbasiyah (1250 M ) sampai timbulnya
benih-benih kebangkitan atau pembaharuan Islam yang diperkirakan terjadi
sekitar tahun 1800 M.Priode pertengahan ini juga terbagi menjadi dua bagian,
yaitu masa kemunduran I (1250 – 1500 M) dan masa tiga kerajaan besar (1500 –
1800 M).
2.2 Masa Kemunduran I (1250 -1500 M)
1. Dinasti
Jengiskhan
Dinasti Jengiskhan disebut masa
kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses penghancuran oleh
bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya serta Timur Lenk yang
juga masih keturunan bangsa Mongol. Bangsa Mongol ini berasal dari daerah
pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia tengah sampai ke Siberia utara,
Tibet selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Mereka mempunyai watak
yang kasar, suka berperang dan berani menghadapi maut untuk mencapai
keinginannya .Jengiskhan menganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang
dan sujud kepada Matahari yang sedang terbit. Raja-raja keturunannya yang masih
menganut agama Syamaniyah ialah Hulagukhan sampai raja yang ke VI.Sedangkan
mulai dari raja yang VII (Mahmud Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah
pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini dikenal dengan dinasti Ilkhan, yaitu
gelar yang diberikan kepada Hulagukhan. Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini
adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di barat dan India di timur. Kedatangannya
ke dunia Islam diawali dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah kerajaan
Transoxania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azarbaizan
pada tahun 1223 M. dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M.Serangan ke
Baghdad dilakukan oleh Hulagukhan pada tahun 1258 M. Saat itu Khalipah Al
Mu’tashim menolak untuk menyerah. Akhirnya kota Baghdad dikepung.
2. Dinasti
Timur Lenk
Kedatangan Timur Lenk ke dunia
Islam tidak kurang membawa kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada
Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih
menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama
“Islam.”Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai
penguasa tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana hanya ada satu
Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.”Pada tahun
1381 M.
Ia menaklukkan Khurasan, terus
ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya
ia mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap siapa saja yang menghalangi
rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun menara yang disusun dari 2000
mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat; Di Iran ia membangun menara dari
70000 kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai
lebih dari 80000 tawanan; Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia
dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara.
Tiga hari lamanya Aleppo
dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta
dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar. Banyak bangunan,
seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanky dari Ayyubi
dihancurkan. Hamah, Hom’s dan Ba’labaka berturut-turut jatuh ke tangannya.
Demikian pula Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah yang bersejarah
mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke Baghdad, dan
membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara
sebagai tanda kemenangan.Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan
Usmani di Turki, karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas
imperium Jengiskan dan Hulagukhan. Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang
sangat hebat di Ankara.
3. Kaum
Mamluk
Di Mesir Satu-satunya penguasa
Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia (Hulagukhan) ialah tentara
Mamalik yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah pimpinan Sulthan Baybars
(1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan termasyhur serta dipandang
sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik berkuasa
sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi dan berakhir tahun 1517 M.
Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar dari penghancuran,
sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang ditaklukkan oleh Hulagu.
Dinasti Mamalik ini mengalami
kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya terhadap tentara Mongolia menjadi
modal dasar untuk mengusai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa
kecil menyatakan setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan
tentara Salib di sepanjang laut tengah. Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan
dagang dengan Perancis dan Italia, terutama setelah kejatuhnya Baghdad oleh
tentara Timur Lenk, membuat Kairo menjadi kota yang sangat penting yang
menghubungkan jalur perdagangan antara Laut merah dan laut tengah dengan
Eropah.
4. Spanyol
Pada abad pertengahan ini Islam
hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) yang
merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol seteleh kurang lebih 7 abad
setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-kota lain seperti Cordova telah jatuh
ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla lepas pada tahun 1248 dan akhirnya
Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M. Hal ini disebabkan
karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam terutama orang-orang Istana
dalam memperebutkan kekuasaan.
Dilain pihak umat Kristen
berhasil mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalipah terakhir tidak mampu
lagi membendung serangan-serangan keristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan
Isabella, dan akhirnya dia menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika
utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam
setelah itu, dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat
Islam di daerah ini. Dunia Islam mengalami kehancuran setelah Khalipah
Abbasiyah di Baghdad runtuh, dan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul
dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India
dan Safawi di Persia.
2.3 Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
1. Kerajaan Turki Usmani
a. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu
diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan
Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah
Kab di Asia Tengah (Hamka,1975:205). Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak
tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari
suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq.
Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah
(Bosworth,1990:163).
Pada abad ke-13 M, mereka
mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke
Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang
Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil (Hasan, 1989:324-325). Dibawah
pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang
berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat
dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang
berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibukota (Yatim, 2003:130).
Ertoghrul meninggal Dunia tahun
1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah
yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun
1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk,
dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan
Alaudin tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut
Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman)
tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas. Dipilihnya negeri
Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja kecil
guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar
raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni ; Islam,
membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk
Islam ada juga yang mau membayar Jizyah.
Mereka yang tidak mau menerima
tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa
Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan
tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat ditaklukkan.
Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa
sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan
putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah
dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
b. Perkembangan Turki Usmani
Setelah Usman mengumumkan
dirinya sebagai Padisyah
al Usman (raja besar keluarga Usman), setapak demi
setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan
Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan
(1326-1359 M), kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M),
Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356
M). Daerah-daerah itulah yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika
Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan
dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan
Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa cemas
terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah
besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani, namun
Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu K RISTEN
Eropa tersebut.
Ekspansi Bayazid I sempat
berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia
kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun 1402 M dan pasukan Turki mengalami
kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M
(Ali, 1991:183). Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan
Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan
diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh
Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan
dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian
diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki Usmani mengalami
kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah.
Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M
yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. Pada masa Sultan Salim
I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil
ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh putranya Sulaiman I
(1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis
dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki Usmani,
karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika
Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani,
Bulgaria, Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga
lautan, yaitu laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam (Ambari, 1993:211).
Usmani yang berhasil
menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada
sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani menyusun kembali sistem
pemerintahan yang memusat dan mengangkat beberapa Gubernur militer dan
pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan pajak dan penyetoran
surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani adalah
menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga
mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan
abad pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir
diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan
dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India
dan Mesir (Lapidus, 1999:553). Demikianlah perkembangan dalam kerajaan Turki
Usmani yang selalu berganti penguasa dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara
mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek
moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri / penguasa lain selain Turki
Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengnkapi
dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa
kemajuan dalam kehidupan masyarakat
c. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat kegigihan dan
ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani
membawa dampak yang baik sehingga kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah
Turki Usmani dapat di raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang
dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang
kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim, 2003:133-134). Sehingga
Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M).
Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan
oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu
arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani
itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan
perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan
diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
diantaranya :
1.
Bidang Kemiliteran dan
Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan
Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer dengan
baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa
pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal
didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah
kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah . Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang
membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat
beberapa bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan
Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa
Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan
Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung
namanya di tambah gelar al-Qanuni (Hitti, 1970:713-714).
2.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Budaya
Kebudayaan Turki Usmani
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan
Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana rajaraja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil
dari Arab (Toprak, 1981:60). Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani
tidak begitu menonjol karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya,
sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari
Turki Usmani .
3.
Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat
Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di
golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat
sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran
ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para
Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi
dalam masyarakat. Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani
tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara
lain:
1.
Mereka adalah bangsa yang penuh
semangat, berjiwa besar dan giat.
2.
Mereka memiliki kekuatan
militer yang besar.
3.
Mereka menghuni tempat yang
sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada pada tititk temu antara
Asia dan Eropa (Al Nadwi,
1987:244).
Disamping itu keberanian,
ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki
Usmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat
kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan
kerajaan Turki Usmani.
d. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa pemerintahan
Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan daripada kerajaan Turki
Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung atau Sulaiman Al-Qonuni.
Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit demi sedikit Turki Usmani mengalami
kemunduran. Setelah Sulaiman meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan
antara putera-puteranya, yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan
tetapi meskipun terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa
abad masih dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih
bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M (Yatim,
2003:135).
Sultan Sulaiman di ganti Salim
II. Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573 M), pasukan laut Usmani
mengalami kekalahan atas serangan gabungan tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus
dan sebagian armada pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.
Kekalahan ini menyebabkan Tunisia dapat direbut musuh.
Pada masa pemerintahannya,
keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia
mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah naiknya
Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M) dan Musthofa I
(1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan fatwa agar Musthofa I turun
dari jabatannya dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M). Pada masa pemerintahan
Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan perbaikan-perbaikan, tetapi
sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa pemerintahannya berakhir. Kemudian
pemerintahan dipegang oleh Ibrahim (1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang
Venesia melakukan peperangan laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di
Cyprus dan Creta pada tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita
kekalahan dalam penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam
pertempuran di Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani
perjanjian Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan
seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg.
Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia kepada
penguasa Venesia. Pada tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di
sepanjang pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh
Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa Usmani
Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan Catherine II
dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng pertahanan di Laut Hitam
kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas Crimea (Ali, 1993:191).
Pemerintahan Turki, masa pasca
Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam
mempertahankan Turki Usmani (kerajaan Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya
berganti pemimpin atau penguasa yang hanya meperebutkan jabatan tanpa
memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya
kerajaan Usmani. Sifat dari pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan
kerajaan Usmani, seperti halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III
(1574-1595 M) yakni yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral
Sultan Murad yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani
itu sendiri.
Banyaknya kemunduran yang
dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan Sulaiman. Tidak ada
tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari abad ke -19 M. Oleh karena
itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan Usmani ini
memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang
mengalami kemajuan memberonak terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga
beberapa didaerah timur tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena
banyaknya terjadi kekacauan.
2.4. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman
Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah
Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau
sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai
sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat perjuangan
prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa
peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan tidak berjalan.
Selain faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan
kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1. Wilayah
Kekuasaan yang Sangat Luas Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan
dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama
pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi
pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres.
2. Heterogenitas
Penduduk Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan
beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang
dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi
dengan pemimpin-pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai
yang jelek.
3. Kelemahan
para Penguasa Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan
menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Pemberontakan
Tentara Jenissari Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa
belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya
didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang
mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
5. Merosotnya
Ekonomi Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat
besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun
merosot.
6. Terjadinya
Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga
keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini
karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan
militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan
teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
2.5 Kerajaan safawi
Kerajaan
safawi di Persia Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan
pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan.
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam
Syi’ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai
peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini
lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama’ah atau
murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam
kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain
syi’ah.Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan
politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash
(baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M).
Dialah
yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi
di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh
wilayah Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent).Kerajaan
Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I . Pada masa
pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani
seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat
menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan
Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan
oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya.
Para
penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota
yang sangat indah. dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah
sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil
Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti
keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal
Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein
(1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang
pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang
pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja
yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga
menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya. Sedangkan Husein adalah
seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi’ah dan
Kejam terhadap penganut Sunni. Itulah antara lain yang menjadi faktor
keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan
dengan kerajaan Usmani,
2.6. Kerajan Mughal di India
Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya.
Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad
ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa
itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail
I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota
Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya.
Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya
Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah
yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga
perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.Akbar (1556-1606 M)
dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga
Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin
menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi.
Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua
rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.
Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M)
dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb
(1659-1707 M).
Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat
mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal Beberapa kemajuan kerajaan Mughal
antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang,
tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan. Hasil
karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah
karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid
berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah
di Lahore. Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada
beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858
antara lain:
a.
Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa memantau gerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu
pula kekuatan pasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam buatannya sendiri.
b.
Dekadensi moral dan hidup mewah
di kalangan pembesar kerajaan yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang.
c.
Terlampau kasarnya sikap
Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yang menyebabkan terjadinya
konplik antara agama, misalnya aliran Syikh Syi’ah dan sunni.
d.
Semua pewaris tahta kerajaan
pada paro terakhir kekuasaan Mughal adalah orang-orang yang lemah dalam bidang
kepemimpinan
Pengaruh Sejarah Perkembangan
Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam di Indonesia :
1. Dalam
bidang pemikiran, muncul pemahaman dari metode berpikir tradisional menjadi rasional.
2. Dalam
bidang tauhid, berkembang pendekatan teologi Asy’ariyah.
3. Dalam
bidang fiqih, muncul mazhab yang sangat besar, yaitu Syafi’I, Maliki, Hambali,
dan Hanafi yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia.
4. Dengan
berkembangnya pengetahuan dan kebudayaan, dapat memberikan
pengaruh positif yang memiliki peradaban bagi masyarakat di Indonesia.
5. Perkembangan
ajaran Islam yang sangat pesat dapat mengembangkan Syiar agama Islam,
Sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat dianut dan dilaksanakan
masyarakat muslim di Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan
Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Fase
kemajuan terjadi pada tahun 650 -1250 M yang ditandai dengan sangat luasnya
kekuasaan Islam, ilmu dan sain mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah
Islam dan fase kemunduran terjadi pada tahun 1250 – 1500 M yang ditandai dengan
kekuasaan Islam terpecah-pecah dan menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah
pisah.
B.
SARAN
1.
Sebaiknya, kita harus lebih
memahami lagi tentang sejrah perkembangan Islam khususnya pada abad pertengahan.
2.
Sebaiknya, kita juga harus
melestarikan budaya-budaya Islam yang berkembang khususnya ditanah air kita
agar tidak punah.
3.
Sebaiknya, kita harus lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar tidak mengalami kehancuran seperti
akibat godaan setan yang terkutuk.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, Islam Ditinjau
dari Berbagai Aspeknya, jilid I bid., Jakarta :UI Press, 1985
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta,Rajagrafindo Persada, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar