BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Artikel cerita Islami
kali ini mengulas mengenai kisah wali songo, yaitu Kisah Maulana Malik Ibrahim sang
penyebar agama islam di tanah jawa dengan budi pekerti yang baik. Adalah
pemimpin wali sango. Mengapa beliau dapat disebut sebagai pemimpin wali sango?
Karena beliau adalah wali yang paling pertama dan wali tertua dari anggota wali
sango lainnya. Maulana malik ibrahim adalah salah satu anggota wali songo yang menyebarkan
islam pertama kali di pulau jawa, khususnya daerah gresik dan sekitarnya.
Maulana Malik Ibrahim Dalah salah satu ulama’ yang perlu
kita ketahui kisah dan sejarhnya dengan harapan bisa memberikan motivasi
dan suri tauladan pada kita semua.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi Maulana Malik Ibrahim?
2. bagaimana Maulana Malik Ibrahim
menyebarkan Islam?
3. Apa saja peninggalan Maulana Malik
Ibrahim?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
· Untuk
mengetahui biografi
Maulana Malik Ibrahim.
· Untuk mengetahui cara Maulana Malik
Ibrahim menyebarkan Islam.
· Untuk mengetahui peninggalan Maulana
Malik Ibrahim.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.
Biografi Maulana Malik
Ibrahim.
Dalam sejarah perwalian wali songo,
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali yang tertua dari Sembilan wali atau wali
songo / wali sanga / wali 9.
Maulana Malik Ibrahim,
atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah,
pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah
menjadi Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga
disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana
Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden
Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana
Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini
sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim
pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun
1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah
Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri.
Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik
Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni
desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa
Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota
Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya
ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan
kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib,
kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa.
Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan
cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah kasta yang
disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat
di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di
Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di
kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
2.1. Beberapa Cara Maulana Malik Ibrahin
Menyebarkan Islam.
Maulana Malik Ibrahim, dikenal pula
dengan sebutan Syekh Maghribi atau juga Sunan Gresik. Meskipun beliau bukan
asli orang Jawa, namun beliau berjasa kepada masyarakat. Karena beliaulah yang
mula pertama menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Sehingga berkat usaha dan jasanya,
penduduk pulau Jawa yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Buddha di kala itu
akhirnya mulai banyak yang memeluk Islam. Adapun dari kalangan orang-orang
Hindu, hanya dari kasta-kasta Waisya dan Sudra yang dapat diajak memeluk Islam.
Sedang dari kasta-kasta Brahmana dan Ksatria pada umumnya tidak suka memeluk
Islam, bahkan tidak sedikit dari kalangan Brahmana yang lari sampai ke Pulau
Bali serta menetap di sana. Mereka akhirnya mempertahankan diri hingga sekarang
dan agama mereka kemudian dikenal dengan sebutan agama Hindu Bali.
Maulana Malik Ibrahim mulai
menyiarkan Islam di tanah Jawa bagian timur. Dari sanalah beliau memulai
menyingsingkan lengan bajunya, berjuang untuk mengembangkan Islam. Adapun
caranya pertama-tama ialah dengan jalan mendekati pergaulan dengan masyarakat.
Dengan budi bahasa yang ramah tamah serta ketinggian akhlak, sebagaimana
diajarkan Islam, hal itu senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari.
Beliau tidak menentang secara tajam kepada agama dan kepercayaan hidup dari
penduduk asli. Begitu pula beliau tidak menentang secara spontan terhadap adat
istiadat yang ada serta berlaku dalam kehidupan mereka, melainkan beliau hanya
memperlihatkan keindahan dan ketinggian ajaran-ajaran dan didikan yang dibawa
Islam. Berkat keramahtamahannya serta budi bahasa dan pergaulannya yang sopan
santun itulah, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam Islam.
Untuk mempersiapkan kader umat yang
terdidik bagi melanjutkan perjuangan guna menegakkan ajaran-ajaran Islam, maka
dibukanyalah pesantren-pesantren yang merupakan perguruan Islam tempat mendidik
serta menggembleng para siswa sebagai calon muballigh Islam untuk masa depan.
Bertambah banyak orang yang masuk Islam, bertambah berat pula tugas dan
pekerjaannya. Tentu saja orang-orang itu tidak dibiarkan begitu saja. Mereka
harus diberi didikan dan penerangan secukupnya sehingga keimanannya menjadi
kuat dan keyakinannya menjadi kokoh.
3.1. Peninggalan Maulana Malik Ibrahim
Masjid Tertua di tanah Jawa
ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Masjid tersebut adalah
Masjid Pesucinan, satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim,
di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang kini
dikenal dengan Masjid Tertua di pulau Jawa.
Dalam catatan sejarah perjalanan
panjang Syeikh Maulana Malik Ibrahim ke Pulau Jawa, daerah yang pertama
kali dituju dan disinggahi adalah Desa Sembolo atau yang kini dikenal dengan
Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, pada tahun 1389 Masehi. Dahulu, desa ini
berada dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit, dan terletak persis di bibir
laut Jawa, 9 kilometer dari pusat kota Gresik sekarang.
Sayangnya, Tidak banyak catatan
sejarah yang bercerita mengenai keberadaan Masjid Pesucinan yang berlokasi di
tengah-tengah areal pertambakan tersebut. Sebab letaknya yang sulit
dijangkau oleh kendaraan besar seperti bus pariwisata, membuat masjid
yang berumur sekitar 664 tahun ini tampak asing dari hiruk pikuk kunjungan wisatawan,
seperti masjid bersejarah pada umumnya di negeri ini.
Masjid peninggalan Syekh Maulana
Malik Ibrahim ini, dipercaya penduduk setempat dan beberapa ahli sejarah
merupakan masjid tertua di pulau Jawa peninggalan Syeikh maulana Malik Ibrahim,
salah seorang diantara tokoh wali songo yang terkenal.
Secara kasat mata, masjid ini tidak
terlihat mempunyai nilai sejarah tinggi, sebab telah beberapa kali mengalami
pemugaran. Bahkan, dari beberapa catatan yang dihimpun Gresikgress.com, Masjid
Pesucinan sudah di pugar beberapa kali, dan pemugaran terakhir terjadi pada
tahun 2005.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Tiada gading yang tak rentak begitulah
kata pepatah. Seperti halnya makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kritik saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapan
agar makalah ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran sejarah peradaban
islam.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar