BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan wadah aktivitas manusia sekaligus tempat jalinan
hubungan kerjasama antar manusia. Karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat
hidup sendiri, satu sama lain saling membutuhkan dan kerjasama
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya. Manusia juga
sebagai makhluk individualis yang memiliki ego dan ambisi. Agar
terjadi keselarasan antara sifatsosial
dan individualis, maka setiap organisasi
atau kelompok kerja memerlukan pemimpin. Seorang pemimpin
diharapkan mampu memimpin, mengerahkan dan mengarahkan manusia untuk bekerja sama mencapai
tujuan yang diinginkan
Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi
antaraseseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan
anggota-anggotakelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan
dengan cara-caratertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan
yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin
mempengaruhi dan orang laindipengaruhi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
kepemimpinan dari tokoh Umar Bin Khattab.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi Umar Bin Khattab
2. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
3. Akhir
Pemerintahan Umar Bin Khattab
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Umar Bin Khattab
2. Memahami Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab
3.
Mengetahui Akhir pemerintahan Umar Bin Khattab
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI
UMAR BIN KHATTAB
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar
bin Khattab (581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad
yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw.
Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan
sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki
julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang
bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca
dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga
dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Riwayat Masuknya Umar pada Agama Islam.
“ Ya Allah, agungkanlah Islam dengan salah satu dari dua lelaki ini :
Umar bin Khattab atau Umar Ibn Hisyam Abu Jahal”. Itulah sepenggal doa
Rosulullah pada suatu ketika.
Pada saat Islam muncul yaitu pada saat Rosulullah mengumumkan misi
kenabianya, Umar adalah salah seorang penentang Rosulullah yang paling gigih.
Dia menganggap bahwa Islam adalah sesat dan kegilaan yang menentang kepercayaan
agama nenek moyang mereka. Sehingga dia sangat memusuhi Nabi Muhammad. Dengan
berbagai cara Umar menentang ajaran yang dibawa oleh Rossulullah. Suatu ketika
Umar megatakan kepada orang-orang bahwa dia akan membunuh Rosulullah, kemudian
dia keluar dari rumahnya dengan membawa pedang yang terhunus tajam dan akan
menuju ke kediaman Rosulullah, tiba di tengah jalan dia bertemu adik kandungnya
Fatimah sedang duduk dibawah pohon sambil membawa mushaf dan membaca sebagian
dari ayat Al-qur’an (surat At-Thaha). Dia bertanya kepada adiknya “apa yang
telah kamu baca”, dengan sangat ketakutan fatimah menjawab “ayat-ayat Al-quran”
kemudian Umar memintanya dan berkata ”sesungguhnya engkaulah yang lebih pantas
aku bunuh terlebih dahulu, ”jika kebenaran ada diantara kita apa yang akan
engkau lakukan” sahut fatimah, ”berikan kertas itu padaku”, setelah umar
membacanya, setelah dia mengetahui ayat yang ia baca sangat berkaitan pada
dirinya. hatinyapun luluh, hatinya bergetar karena mendengar syair yang begitu
indah, kemudian dia berlari ke rumah Rosulullah dan menyatakan dia telah masuk
Islam. Dia masuk islam pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian dan dia
tercatat sebagai orang yang ke 40 yang masuk Islam. Umar wafat pada hari rabu
tanggal 25 dzulhijjah 23H / 644 M. Dia dibunuh oleh seorang budak Persia yang
bernama Abu Lu’luah atau Feroz pada saat beliau menjadi imam shalat subuh.
Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Feroz terhadap Umar karena
merasa sakit hati atas kekalahan Persia yang pada saat itu merupakan negara
adigdaya.
B.
PROSES PENGANGKATAN UMAR BIN KHATTAB
Umar bin Khattab r.a diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar r.a
untuk menggantikannya dalam ke-khalifahan. Oleh Abdul Wahhab an-Nujjar, cara
pengangkatan seperti ini disebut dengan thariqul ahad, yakni seorang pemimpin
yang memilih sendiri panggantinya setelah mendengar pendapat yang lainnya,
barulah kemudian dibaiat secara umum.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, sang khalifah dipanggil dengan
sebutan khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab
r.a, mereka disebut dengan Amirulmu’minin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh
rakyat kepada beliau. Salah satu sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa,
karena bila Abu Bakar r.a dipanggil dengan khalifah Rasulullah (pengganti
Rasulullah), otomatis penggantinya berarti khalifah khalifah Rasulullah
(pengganti penggantinya Rasulullah), dan begitulah selanjutnya, setidaknya
begitulah menurut Haikal. Selain itu karena wilayah kekuasaan Islam telah
meluas, hingga ke daerah-daerah yang bukan daerah Arab, yang tentu saja
memerlukan sistem pemerintahan yang terperinci, sementara ia tidak mendapatkan
sistem pemerintahan terperinci dalam Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena
itu ia menolak untuk dipanggil sebagai khalifatullah dan khalifah Rasulullah.
Terdapat perbedaan dalam proses pengangkatan Abu Bakar dan Umar, bila Abu
Bakar dipilih oleh beberapa wakil kalangan elit masyarakat, Umar dipilih dan
ditunjuk langsung oleh Abu Bakar untuk menggantikannya. Ada beberapa faktor
yang mungkin sangat berpengaruh terhadap penunjukan langsung ini:
1. Kemungkinan besar Abu Bakar khawatir akan terjadi perpecahan dalam
tubuh ummat Islam bila pemilihan diserahkan kepada masyarakat seperti yang
hampir terjadi pada dirinya.
2. Bagaimanapun juga, Umar adalah suksessor Abu Bakar dalam pemilihan
menjadi Khalifah.
3. Sementara beberapa pendapat lain mengatakan bahwa ke-khawatiran Abu
Bakar akan terpilihnya Ali bin Abi Thalib memotivasi dirinya untuk
memilih langsung penggantinya
C.
AKHIR PEMERINTAHAN UMAR BIN KHATTAB
Banyak keputusan-keputusan baru yang harus diambil oleh oleh khalifah
ke-II Umar Bin Khattab (634-644 M). Penyebaran agama Islampun dilaksanakan
seiring dengan perluasan wilayah Islam. Banyak orang yang takluk dibawah Islam
memeluknya sebagai agama meskipun ada sebagian dari mereka yang membenci Islam
ataupun bangsa Arab yang merupakan penjajah. Umar memerintah dengan tegas dan
disiplin, rakyat maupun pegawainya akan dihukum bila terbukti bersalah.
Pada akhir pemerintahannya timbul gejala-gejala ketidakpuasan terhadap
kebijakan-kebijakannya yang disuarakan pertama kalinya oleh mereka yang membeci
Islam ataupun bangsa Arab. Hal yang paling menonjol adalah pembagian hasil
rampasan perang yang dinilai tidak adil. Tetapi hingga akhir hayatnya
tidak ada yang berani mengutarakan secara terang-terangan.
Benarkah terjadi ketidak-puasan terhadap pemerintahan Umar bin Khattab,
bisa jadi benar. Salah satu bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah
pembunuhan Umar bin Khattab sendiri, beliau dibunuh Abu Lu’luah, seorang
Nasrani. Ia megutarakan keberatannya atas pajak yang ia nilai terlalu besar
untuknya yang berprofesi sebagai tukang kayu, pelukis, dan pandai besi, ia
harus membayar dua dirham setiap hari. Akan tetapi meskipun Umar bin Khattab
r.a mendengar keluhannya, beliau tidak mengurangi pajak tersebut karena
kabarnya ia juga akan membuka penggilan tepung dengan angin.
Abu Lu’luah ternyata berlalu dengan rasa tidak puas dengan keputusan
beliau, hal ini disimpulkan dari jawabannya atas keputusan Umar bin Khattab
r.a: “kalau begitu bekerjalah untukku dengan penggilingan itu!”, yang kemudian
dijawab: “kalau kamu selamat maka aku akan bekerja untukmu”. Tiga hari kemudian
ia berhasil membunuh beliau.
Akan tetapi bila hanya bukti ini yang diajukan untuk mengutarakan
bahwa akhir pemerintahan Umar bin Khattab r.a terjadi beberapa
ketidak-puasaan terhadapa kebijaksaanan beliau, maka itu terlalu
dilebih-lebihkan. Tapi meskipun begitu, memang faktanya ada yang merasa tidak
puas dengan Umar bin Khattab r.a.Beliau meninggal pada umur 63 tahun. Adapun
ke-khalifahannya berjalan selama 10 tahun, 6 bulan dan 8 hari.
Ada indikasi yang menyatakan bahwa perseturuannya dengan Ali bin Abi
Thalib r.a mulai memudar-kalau memang mereka berseteru-, yakni Umar bin Khattab
r.a menikahi salah satu putri Ali bin Abi Thalib r.a yakni Ummi Kaltsum, selain
itu Ali bin Abi Thalib r.a adalah salah seorang yang turun ke makam beliau,
lain halnya ketika Fathimah binti Rasulullah meninggal dunia, baik Abu Bakar
r.a dan Umar bin Khattab r.a tidak datang kepemakamannya atau ketika Abu Bakar
r.a meninggal dunia dimana Ali bin Abi Thalib r.a tidak datang kepemakamannya.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa salah salah satu usaha untuk meredakan
perseteruannya dengan Bani Hasyim adalah dengan mengangkat para pemuka Bani
Hasyim sebagai pemimpin pasukan dan mengirimkannya ke medan perang, agar mereka
tidak terlalu memikirkan siapakah sebenarnya yang berhak untuk menjadi
khalifah, disamping beliau juga memang menikahi putri Ali bin Abi Thalib r.a.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sepanjang sejarah khilafah rasyidah, ekspansi terluas yang pernah tecapai
adalah pada masa Umar bin Khattab r.a. Pada saat beliau meninggal kekuasaannya
telah mencapai Alexandria, Najran, Kerman, Khurasan, Rayy, Tabriz dan seluruh
Syiria.
Selain itu dalam bidang administrasi, beliau banyak mengadaptasi
sistem-sistem pemerintahan dari Sasania, Kostantinopel dan Bizantium. Hal ini
memang akibat persentuhannya dengan tiga imperium besar tersebut, dan juga
akibat meluasnya wilayah kekuasaan yang memerlukan suatu pengaturan yang lebih
rapi.
Dalam bidang hukum, beliau juga telah menetapkan qadi-qadi di setiap
wilayah, dan juga menetapkan hukum acara peradilannya. Selain itu, Umar bin
Khattab r.a adalah orang yang terkenal dengan kekritisannya, banyak munjul
ijtihad-ijtihad beliau pada masa pemerintahannya. Peta Jazirah Arab, kekuasaan
Umar bin Khattab r.a berujung di Alexandria, Najran, Kerman, Sijistan,
Khurasan, Rayy, Tabriztan, Armenia, hingga Syiria.
B. SARAN
Perlu dipahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan
tantangan. Sebagai seorang Muslim hendaklah menghadapinya dengan tanpa putus
asa, penuh kesabaran, kebijakan dan ketentraman hati, juga memohon kepada-Nya
serta lebih mempererat ukhuwah Islamiyyah, agar tercipta suatu tatanan
masyarakat yang aman, damai, sentosa dan sejahtera dengan persatuan dan kesatuan
yang kokoh.
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa makalah
kami masih banyak kekeliruan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran dari
para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua, aamiiin,,,
Daftar Pustaka
Nujjar,
Abdul Wahhab, al-Khulafa’ ar-Rasyidun. Beirut: Daar al-Qalam, 1986.
Husain
Haikal, Abu Bakar al-Shiddiq, terj. Abdul Kadir Mahdawi (Solo: Pustaka Mantiq,
1994), h. 54.
Lapidus,
Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron, bag. I dan II. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1999.
Bakhsh,
Khuda, Politics In Islam. India: Idarah Adabiyah Delli, 1975.
Ja’far,
Abu, Tarikh at-Thabari, jil. III,. Daar Maarif: Kairo, 1963.
Maududi,
Abul A’la, Khilafah dan Kerajaan. Jakarta: Mizan, 1996.
Nuruddin,
Amiur, Ijtihad Umar bin Khattab. Jakarta: Rajawali Press, 1991.
_________,
Tarikh at-Thabari, jil. IV. Daar Maarif: Kairo, 1963.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar